TerSurat.com Yogyakarta – Siapa yang menyangka akhir tahun 2019 ditandai dengan dimulainya wabah COVID-19 yang menyebar dari Wuhan, China hingga beberapa negara lain? Penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 ini telah menyebabkan sedikitnya 80.000 kasus di seluruh dunia dan merenggut lebih dari 2.700 nyawa. Setiap negara, termasuk Singapura, memiliki persiapannya sendiri untuk menghadapi wabah COVID-19. Padahal, Singapura termasuk salah satu negara yang cukup siap menghadapi wabah COVID-19. Jadi, apa yang kamu lakukan?
Baca Juga : Pelacakan jumlah kasus positif COVID-19 anak di Indonesia
Kesiapan Singapura menghadapi COVID-19
Berdasarkan laporan WHO (24/2), jumlah kasus COVID-19 di Singapura telah mencapai 90. Di antara lusinan kasus, 53 pasien dinyatakan sembuh. Kabar baiknya, negara yang dikenal sebagai macan Asia itu belum mati karena virus SARS-CoV-2. Cukup banyak yang bertanya-tanya mengapa Singapura memiliki jumlah korban yang relatif kecil dibandingkan dengan Italia, Jepang, dan Korea Selatan. Ini karena cukup sedikit warga Singapura yang sering bepergian ke episentrum wabah di Provinsi Wuhan dan Hubei China. Namun, kesediaan pemerintah Singapura untuk menangani COVID-19 justru membantu menurunkan angka tersebut.
WNI dievakuasi dari China
Awal tahun ini, Kementerian Kesehatan Singapura mengimbau para dokter untuk mengidentifikasi pasien dengan gejala pneumonia dan riwayat perjalanan dari Wuhan. Pemerintah kemudian mulai menyelidiki turis dan orang-orang yang baru saja datang dari Wuhan. Status siap petugas kesehatan mulai membaik ketika mereka menemukan kasus pertama adalah turis dari Wuhan. Pemerintah mulai cukup mahir dalam mengidentifikasi, mendiagnosis, dan mengkarantina pasien pertama. Bahkan, pemerintah juga telah memberlakukan pembatasan masuk bagi orang-orang yang baru-baru ini bepergian dari Hubei untuk menangani COVID-19. Sekitar 700 orang berada di karantina, menurut pemeriksaan wisatawan yang memasuki Singapura. Persiapan Singapura untuk COVID-19 adalah pelajaran dari pengalamannya dengan SARS. Pemerintah Singapura menyadari bahwa semua kasus yang terkait dengan Sindrom Pernafasan Akut Parah harus diisolasi dan dua sampel napas berturut-turut diambil untuk RT-PCR sampai hasilnya negatif. Dengan cara ini, petugas kesehatan mengetahui dengan pasti apakah pasien yang diduga mengidap COVID-19 sebenarnya telah terinfeksi penyakit mirip SARS atau tidak.
Pelajaran berharga dari SARS dalam menangani COVID-19
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, persiapan pemerintah Singapura menghadapi COVID-19 dinilai sudah cukup baik karena belajar dari wabah SARS. Sejak pengalamannya mengidap SARS pada tahun 2003, Singapura memiliki jumlah kasus yang relatif tinggi, dengan 238 orang tertular, termasuk petugas kesehatan, dan 33 pasien meninggal. Berdasarkan pengalaman tersebut, Singapura berusaha memperkuat keterampilannya agar bisa mempersiapkan diri dengan baik menghadapi penyakit infeksi baru. Persiapan ini meliputi beberapa hal, seperti:
- Pembangunan fasilitas penyakit menular khusus dan laboratorium kesehatan
- Meningkatkan jumlah tempat tidur di ruang isolasi bertekanan negatif di seluruh rumah sakit
- Sediakan alat pelindung diri (APD) dan masker
- Pembuatan wadah untuk koordinasi antar kementerian dan antar lembaga
- Kembangkan kemampuan untuk melacak kontak pasien dengan cepat dan akurat
- Memberikan pelatihan profesional bagi petugas kesehatan
- Pendirian laboratorium lebih lanjut
Persiapan Singapura untuk COVID-19 menuai banyak pujian, termasuk dari WHO. Dilaporkan di akun Twitter resmi WHO, Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus mengaku terkesan dengan upaya menemukan kasus untuk menghentikan penularan. Tidak mengherankan, otoritas Singapura dan kerja sama publik dapat mengurangi risiko penularan COVID-19.