trenggiling

Bukan Ular atau Kelelawar, Coronavirus Diduga Berasal dari Trenggiling

Virus corona yang kini menyebar di 28 negara itu diyakini berasal dari ular dan kelelawar. Namun, klaim tersebut telah ditolak oleh beberapa peneliti di China setelah memeriksa sampel virus pada lebih dari 1.000 hewan liar. Pengamatan ini mengungkapkan bahwa virus corona baru kemungkinan besar berasal dari trenggiling. Coronavirus adalah virus yang ditularkan melalui hewan. Jenis hewan yang berpotensi menyebarkan virus corona pun beragam mulai dari yang biasa dikonsumsi hingga yang jarang ditemukan, seperti kelelawar dan trenggiling. Banyaknya hewan yang berpotensi menyebarkan virus corona menjadi kendala bagi peneliti dalam melacak penyebarannya. Bagaimana virus corona akhirnya menemukannya di trenggiling? Pelajari tentang berbagai hewan yang menyebarkan virus corona Coronavirus merupakan kelompok virus yang umumnya menginfeksi saluran pernafasan manusia dan hewan. Virus berukuran besar ini terbagi menjadi beberapa jenis, dan novel Coronavirus dari Kota Wuhan, China merupakan jenis yang paling muda.

Baca Juga : Mengenang Li Wenliang, Dokter Yang Pertama Kali Mengekspos Coronavirus

Empat genera dari virus corona yang diketahui yaitu:

Alphacoronavirus dan beta coronavirus hanya ditemukan pada mamalia seperti kelelawar, babi, dan manusia.
Gammacoronavirus dan Delta Coronavirus, yang dapat menginfeksi mamalia dan burung. Sebelum rilis virus korona baru dari trenggiling, para peneliti di China yakin virus itu menyebar melalui ular pada Januari. The Journal of Medical Virology menyatakan bahwa virus menular ke manusia melalui konsumsi daging ular. Namun, hasil penelitian ini menuai kritik karena belum terbukti virus corona menginfeksi hewan selain mamalia dan burung. Menurut para peneliti di Institut Pasteur di Shanghai, Cina, hewan yang menyebarkan virus yang dikodekan oleh 2019-nCoV kemungkinan besar adalah kelelawar.   Mereka menemukan kesamaan antara 2019-nCoV dan coronavirus yang menyebabkan Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS), yang pecah pada 2003. Keduanya termasuk dalam kelompok beta coronavirus dan ditemukan pada kelelawar. Analisis genetik juga menunjukkan bahwa jenis virus endemik saat ini 96% mirip dengan virus corona pada kelelawar. Seluruh dunia pun percaya bahwa virus corona sebenarnya berasal dari kelelawar. Oleh karena itu, sebuah penelitian telah muncul yang menemukan hubungan antara virus ini dan trenggiling.

Baca Juga  Cari tahu tentang segudang manfaat chamomile untuk kecantikan? Disini tempatnya

Trenggiling, mata rantai dalam rantai penyebaran virus corona dari kelelawar

Ada banyak hewan yang dapat menularkan virus ke spesies lain, dan hampir semua jenis virus corona yang menginfeksi manusia ditularkan dari satwa liar. Namun, penularan virus dari hewan ke manusia tidak selalu terjadi secara instan. Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa virus yang berasal dari kelelawar tidak memiliki molekul yang diperlukan untuk mengikat reseptor dalam sel manusia. Virus ini membutuhkan mata rantai yang hilang atau mata rantai dalam bentuk hewan perantara. Hewan perantara tidak selalu dikenal. Dalam kasus novel coronavirus, para peneliti awalnya tidak menduga trenggiling akan menyebar. Fontanet percaya perantara adalah mamalia dari keluarga yang sama dengan luak. Pada tahun 2003, ketika SARS meletus, rantai penularan juga berasal dari saudara luak, musang. Musang kelelawar SARS-CoV pertama kali menginfeksi dan kemudian ditularkan ke orang yang memakan daging hewan ini.

Pentingnya memutus rantai penyebaran virus

Hasil penelitian menemukan hubungan yang kuat antara susunan genetik virus trenggiling dan virus korona baru dari Wuhan. Namun demikian, masih banyak faktor yang perlu dikaji sebelum peneliti dapat mengkonfirmasi dan menyebarluaskan hal tersebut. Saat ini, langkah terbaik yang dapat dilakukan masyarakat adalah melakukan upaya pencegahan dan penghentian konsumsi daging hewan liar. Pasalnya, kedua faktor tersebut berperan penting dalam mencegah penyebaran wabah. Trenggiling merupakan hewan yang dilindungi, bahkan beberapa spesies trenggiling kini digolongkan sebagai hewan yang terancam punah. Sayangnya, kondisi tersebut belum cukup untuk menghentikan maraknya perburuan satwa liar. Tingginya minat sebagian kelompok masyarakat terhadap daging buruan membuat perburuan semakin populer. Sebelum virus korona baru merebak, daging trenggiling adalah salah satu dari 112 spesies satwa liar yang dijual di sudut terdalam pasar. Indonesia juga memiliki beberapa tempat yang menjual daging buruan, mirip dengan pasar Huanan di China. Meski terkait erat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat, pasar satwa liar sebenarnya adalah sebuah id

Baca Juga  Simak Penjelasan Lengkap Apa Penyebab Laringitis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *